Home » » MARSINAH DAN PAPUA

MARSINAH DAN PAPUA

Written By Unknown on Rabu, 05 April 2017 | April 05, 2017


Marsinah. Sosok buruh perempuan yang pada 08 Mei 1993, ditemukan tergeletak di sebuah gubuk berdinding terbuka di pinggir sawah dekat hutan hati, dusun Jagong, desa Wilangan, kabupaten Nganjuk, lebih seratus kilometer dari tempat tinggalnya di pemukiman buruh desa Siring, Porong. Tubuh Marsinah ditemukan dalam keadaan penuh luka, pergelengan tangannya lecet bekas ikatan, tulang selangkangan dan vagina hancur.
Sebelum ditemukan meninggal, ia terlibat aktif dalam perjuangan buruh PT Catur Putra Surya. Ia terlibat aktif dalam perlawanan untuk menuntut kenaikan upah sesuai dengan surat edaran gubernur KHD Tingkat I, Jawa Timur, No. 50/Th. 1992, dari Rp 1.700 perhari menjadi Rp 2.250.
Jasad Marsinah ditemukan setelah dia marah kepada Kidim Sioarjo karena telah menangkap 13 teman dan ditekan secara fisik dan psikologis, dipaksa menandatangani surat PHK.
Perempuan melawan kapitalisme dan otoriter Orde Baru. Yang adalah naluri yang timbul dari seorang Marsinah. Marsinah bukan seorang aktivis biasa. Dengan pendidikan terakhirnya adalah SLTP (saat ini SMP), dia mampu mengorganisir kawan-kawannya di perusahan arloji.
Di Papua, adakah sosok seperti Marsinah?
Kalau sekedar perempuan yang melawan, mungkin banyak. Bahkan lebih. Tetapi perlawanannya, apakah mengepit ekonomi dan politik? Katakan saja, ekonomi untuk kebutuhan hidup masyarakat, keluarga, dan pribadi, dan politik adalah sebuah hak bersama dalam era demokrasi ini?
Hari ini, 13 Mei 2016, pukul 16:00 – 22:00 waktu Jogja, tepat di Tugu Yogyakarta, aksi solidaritas yang diselenggarakan oleh Komite Perjuangan Perempuan (KPP) Yogyakarta, dengan acara Panggung Demoktrasi Marsinah Menggugat, mengingatkan kita (semestinya orang Papua) untuk melihat lebih jelih dan kritis pada sistem tatanan kapitalisme dalam kehidupan kita.
Tak mesti jauh-jauh. Mungkin sebagian dari kita, kalau mendengan yang namanya kapitalisme atau buruh, pasti akan berpikir hanya perusahan dan pekerja perusahan. Tetapi lebih dari itu, entah dosen, guru, pelajar, masyarakat biasa, hingga mahasiswa, merupakan sebuah lingkaran dimana kapitalisme bekerja menuju titik ekstrimnya. Bahkan lebih dari itu.
Meneladani sosok Marsinah menjadi tanggung jawab kita. Marsinah mati karena melawan kapitalisme Orde Baru dan Militerisme. Marsinah akan terus hidup, perlawanan akan hidup, Demokrasi milik rakyat, perempuan Papua bangkit, ketika perempuan Papua bangkit dan menjadi progresif.
#HidupPerempuanYangMelawan
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Portal Berita Tolikara No. 1 Majalah Toli - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger