Home » » Ayo Berwisata ke Papua: 5 Festival Budaya di Papua yang Wajib Anda Kunjungi Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/evha.uaga/ayo-berwisata-ke-papua-5-festival-budaya-di-papua-yang-wajib-anda-kunjungi

Ayo Berwisata ke Papua: 5 Festival Budaya di Papua yang Wajib Anda Kunjungi Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/evha.uaga/ayo-berwisata-ke-papua-5-festival-budaya-di-papua-yang-wajib-anda-kunjungi

Written By Unknown on Rabu, 12 April 2017 | April 12, 2017


Papua, pulau ini tidak hanya kaya akan kekayaan alam dan keindahan alamnya saja, tetapi juga kaya akan berbagai macam adat dan kebudayaan berbagai suku yang mendiami Papua. Salah satu cara yang paling tepat untuk menikmati bagaimana kekayaan budaya berbagai suku di Papua adalah mengunjungi Papua ketika festival budaya berlangsung. Selama ini, orang sudah mengenal Festival Raja Ampat yang memang dipasarkan secara besar-besaran bahkan di stasiun televisi nasional. Tetapi sebenarnya ada festival-festival lain di Papua. Bagi para pembaca yang ingin berwisata ke Papua dan ingin menikmati Papua dari sisi kekayaan budayanya, maka inilah 5 festival budaya yang wajib Anda kunjungi: 1.Festival Budaya Lembah Baliem Rumah Honai di Lembah Baliem (Sumber : Indonesiantravel.com) Dari kelima festival lainnya, festival budaya Lembah Baliem mungkin adalah festival yang paling dikenal dunia internasional. Pada penyelenggaraan festival ini di setiap tahunnya, banyak wisatawan dari mancanegara yang datang. Festival yang diselenggarakan di Wamena ini menampilkan pertunjukan dari beragam suku yang bermukim di dataran Wamena hingga Lembah Baliem. Festival Lembah Baliem menampilkan tari-tarian adat khas masing-masing suku. Para pengunjung melihat keunikan corak yang terlukis di wajah dan badan para penarinya. Pada Festival Lembah Baliem ini kita juga akan disuguhi atraksi perang antarsuku yang dimulai dengan penentuan skenario pemicu perang. Pemicu perang ini dapat berupa penculikan warga, pembunuhan anak warga, maupun penyerbuan ladang yang baru dibuka. Adanya pemicu ini, menyebabkan suku lainnya harus melakukan serangan balasan, sehingga penyerbuan pun dilakukan. Sementara, pihak lawan akan bertahan, sehingga pertempuran pun berlangsung dengan seru. Dalam atraksi perang ini tidak menjadikan balas dendam atau permusuhan sebagai tema. Tema yang diusung justru ungkapan yang bernilai positif, yakni Yogotak Hubuluk Motog Hanorogo atau berarti harapan akan hari esok yang harus lebih baik dari hari ini. Ada pula aksi lempar tombak yang didemonstrasikan oleh warga suku di sana. Menariknya, pengunjung pun diperbolehkan untuk ikut mencoba lempar tombak ini. Selain melempar tombak, pengunjung juga akan diajarkan cara memanah ala masyarakat Papua yang sehari-harinya biasa berburu. Tombak dan panah secara kultural memang sangat dekat dengan kehidupan penduduk asli Lembah Baliem. Selain atraksi yang berbau “perang”, dalam Festival Lembah Baliem juga menampilkan pertunjukan Pikon atau alat musik tradisional. Lagu-lagu yang dimainkan dengan Pikon ini, biasanya mengisahkan tentang kehidupan manusia. Ada pula Karapan Babi yang juga menjadi salah satu atraksi menarik dan kerap menimbulkan keriuhan para pengunjung. Selain itu, pengunjung juga bisa melihat dan masuk ke dalam Honai, rumah adat Papua, yang selama ini mungkin hanya bisa dilihat gambarnya di buku ataupun televisi. Selain itu, dalam festival ini kita juga bisa melihat para mama Papua membuat kerajinan khas Lembah Baliem seperti tas noken dan kalung. Bagi Anda yang ingin melihat Festival Lembah Baliem, Festival ini biasanya diadakan pada pertengahan Agustus di setiap tahunnya. 2.Festival Danau Sentani 14213152281818923839 Festival ini bertempat di Danau Sentani, hanya sekitar 20 Km dari pinggiran ibu kota Provinsi Papua, Jayapura. Danau Sentani sendiri menampilkan suguhan keindahan yang menawan, dengan udara yang nyaman, suasana yang tenang dan dengan latar belakang perbukitan, secara pribadi saya sangat menikmati suasana sunset di Danau Sentani. Ada teman saya, seorang pekerja sebuah LSM pernah bilang ketika ia kembali ke Papua setelah 2 tahun meninggalkan Papua, “Danau Sentani yang memanggil saya kembali ke Papua.” Ia kembali bersama istrinya, mereka berdua memutuskan berbulan madu di Papua. Ok, kembali ke Festival Danau Sentani, festival ini menampilkan kebudayaan dari 18 suku yang hidup di sekitar Danau Sentani, selain itu juga menampilkan kebudayaan suku para pendatang di Papua seperti Bugis, Makassar, Tanah Toraja dan lainnya. Festival ini juga diisi dengan tarian-tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara adat seperti penobatan Ondoafi, dan sajian berbagai kuliner khas Papua. Selain itu juga akan ditampilkan beberapa budaya khas masyarakat tepian Danau Sentani, salah satunya adalah Isosolo. Tarian Isosolo ini termasuk atraksi yang ditunggu-tunggu dalam Festival Danau Sentani, Isosolo sendiri adalah tarian magis dan semikolosal oleh masyarakat suku Sentani dengan mempersembahkan hewan buaya yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan di Danau Sentani. Isosolo terdiri dari dua kata, yaitu  Iso dan Solo atau Holo. Iso artinya bersukacita dan menari mengungkapkan perasaan hati, sedangkan Holo atau solo berarti kelompok atau kawanan dari semua kelompok umur baik anak-anak, ibu-ibu atau orang dewasa laki-laki yang menari. Isosolo sendiri berarti kelompok orang yang menari dengan sukacita mengungkapkan perasaan hati. Isosolo dilakukan diatas gabungan beberapa perahu dan di pelataran di darat yang disebut Yau. Bagi Anda yang ingin melihat Festival Danau Sentani, festival ini biasanya diadakan pada pertengahan bulan Juni di setiap tahunnya. 3.Festival Kamoro 1421315350447198664 Festival ini tidak banyak dikenal dibandingkan festival lainnya, karena waktu penyelenggaraan yang tidak bisa dipastikan tiap tahunnya, bahkan dalam setahun Festival Kamoro bisa dilakukan beberapa kali karena skala festival yang cenderung lebih kecil daripada festival-festival lainnya di Papua. Festival Kamoro yang diselenggarakan oleh Suku Komoro ini biasanya diawali oleh tarian kasuari, yang memang berkaitan dengan kehidupan suku Kamoro. Dalam tarian ini sekitar 20 pria Kamoro membentuk dua baris panjang. Penari dengan kostum kasuari menari sendiri di barisan paling depan. Di tengah-tengah mereka, pria dengan cat tubuh bintik-bintik dikepung penari lain yang membawa tombak. Pria itu lantas dirangkul dan diarak berkeliling. Tarian ini memiliki kisah tersendiri, alkisah ada pemuda Kamoro yang jatuh cinta dengan seorang gadis, namun ayah si gadis tidak setuju. Si pemuda lari ke hutan dan menjadi kasuari. Saat dia kembali ke desa, warga tidak mengenalinya dan dia hampir saja diburu. Namun warga akhirnya sadar, inilah pemuda yang lari ke hutan. Pemuda itu kemudian mengajari warga desa tari kasuari. Selain tarian kasuari, Festival Kamoro juga menyuguhkan para mama Papua membuat sagu, membakar ikan dan ulat sagu, serta menyiapkan cacing tambelo untuk dimakan. Sementara yang laki-laki menabuh tifa dan Anda bisa ikut berjoget dengan mereka. Selain itu ukiran kayu suku Kamoro ini tidak kalah dengan ukiran kayu suku Asmat yang memang sudah terkenal di mancanegara. 4.Festival Asmat 14213154221808608523 Salah satu festival di Papua yang paling dikenal di mancanegara adalah Festival Asmat, karena dalam festival ini dipamerkan ukiran kayu suku Asmat yang sangat terkenal di dunia internasional. Suku Asmat dikenal memiliki kemampuan membuat seni ukiran kayu yang mumpuni di mana mereka dapat langsung mengukir langsung tanpa menggambar sketsanya terlebih dahulu. Bagi suku Asmat, ukiran kayu yang mereka buat erat kaitannya dengan roh leluhur dan karenanya tidak semata dianggap sebagai karya seni. Banyak dari benda seni yang dibuat suku Asmat adalah simbol perang, pengayauan, dan pemujaan kepada prajurit leluhur. Selama berabad-abad, suku Asmat yang berusaha memenuhi keinginan roh leluhur dengan menghasilkan karya seni luar biasa dalam bentuk perisai, kano, pahatan, dan drum. Selain pameran ukiran kayu dan lelang, festival ini juga akan diramaikan oleh ratusan seniman yang akan unjuk keahlian  menenun, berperahu, menari, dan pertunjukan musik tradisional. Pada penutupan festival akan ada acara pelelangan karya seni suku Asmat. Sedikit tentang ukiran kayu suku Asmat yang sangat terkenal itu. Kenapa ukiran suku Asmat begitu terkenal? Ini alasannya. Suku Asmat memilik 12 subsuku yang masing-masing memiliki ciri khas dalam setiap seni pahatan kayunya. Ada subsuku yang menonjolkan ukiran patungnya ada juga yang menonjolkan ukiran salawaku (perisai) dan ada pula yang memiliki ukiran untuk dinding dan peralatan perang. Hal yang paling istimewa adalah setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikat. Suku Asmat tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam skala besar, sehingga bila kita memiliki satu ukiran Asmat dengan pola tertentu, itu merupakan satu-satunya yang ada. Bila Anda tertarik untuk melihat festival suku Asmat dan pahatan kayunya, festival ini dilaksanakan pada pertengahan Oktober setiap tahunnya. 5.Festival Teluk Humboldt 1421315811262958276 Festival yang relatif berusia lebih muda dari festival lainnya di Papua ini, diselenggarakan di Pantai Hamadi, Jayapura. Festival ini diselenggarakan oleh pemerintah daerah Papua untuk memajukan kearifan lokal dalam rangka memajukan ekonomi kreatif di tanah Papua, khususnya di Jayapura. Dalam festival ini ada pementasan kesenian budaya, pagelaran batik Papua, kuliner, kerajinan dari warga setempat, lomba anyam rambut dan merangkai pinang dan masih banyak lainnya. Selain itu ada pergelaran tari tradisional, suling tambur, lomba masak menu tradisional, lomba anyam rambut dan hias pinang. Lalu ada wisata peninggalan PD II, panorama Pantai Hamadi dan pantai lainnya di Teluk Humboldt. Bila Anda tertarik untuk melihat Festival Teluk Humbolt, festival ini akan diselenggarakan setiap awal Agustus di setiap tahunnya. Papua kaya dengan berbagai kebudayaan suku-suku di dalamnya. Penyelenggaraan festival budaya adalah cara yang baik untuk melestarikan kebudayaan dan juga mendatangkan pariwisata di Papua. Hal yang terpenting untuk dilakukan oleh pemerintah adalah untuk membuat kalender khusus penyelenggaraan festival-festival tersebut. Butuh promosi yang baik agar penyelenggaraan festival-festival budaya ini agar penyelenggaraan festival-festival ini dikenal oleh turis-turis lokal dan mancanegara, sehingga festival ini tidak hanya sekedar melestarikan kebudayaan lokal suku-suku di Papua, tetapi juga menghidupkan perekonomian di daerah setempat.Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/evha.uaga/ayo-berwisata-ke-papua-5-festival-budaya-di-papua-yang-wajib-anda-kunjungi_54f90ee6a33311ce308b4bb2
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. Portal Berita Tolikara No. 1 Majalah Toli - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger