Jakarta - Badan Program Pembangunan PBB (UNDP) mencatat sekitar 140 juta penduduk Indonesia hidup dengan biaya kurang dari Rp 20.000 per hari dan 19,4 juta penduduk menderita gizi buruk. Sedangkan di bidang kesehatan, dua juta anak di bawah usia satu tahun belum menerima imunisasi lengkap serta angka kematian ibu mencapai 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Hal tersebut disampaikan Direktur UNDP Indonesia, Christophe Bahuet dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (22/3), terkait laporan indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2016.
"Deprivasi (kekurangan, Red) lain juga terlihat dari akses ke layanan dasar, di mana hampir lima juta anak tidak bersekolah. Anak-anak di Papua memiliki tingkat drop out tertinggi," katanya.
Dikatakan, IPM diukur berdasarkan pendapatan per kapita, kesehatan, dan pendidikan di Indonesia dan mengalami peningkatan pesat selama 25 tahun terakhir. IPM Indonesia pada 2015 tercatat 0,689 dan berada di peringkat 113 dari 188 negara di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan peningkatan IPM terbaik di kawasan Asia Pasifik.
Nilai IPM Indonesia yang tercatat 0,689 akan semakin turun apabila faktor kesenjangan ikut diperhitungkan. Bila faktor kesenjangan diperhitungkan, nilai IPM turun menjadi 0,563 atau turun 18,2 persen. Rata-rata penurunan akibat kesenjangan di negara-negara Asia Timur dan Pasifik adalah 19,3 persen. Hal itu berarti kesenjangan di Indonesia sedikit lebih baik dari negara-negara di Asia Timur dan Pasifik.
Meskipun IPM maju pesat, UNDP menyatakan capaian tersebut tidak menggambarkan situasi yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat yang biasanya jauh lebih kompleks. Di setiap negara, termasuk Indonesia, ada kelompok-kelompok yang tertinggal dari kelompok lain akibat berbagai faktor. Salah satunya adalah kesenjangan gender dan kurangnya pemberdayaan perempuan.
Menurut penasihat Program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) UNDP Indonesia, Ansye Sopacua pengabaian terhadap perempuan akan berakibat pada banyak risiko yang menurunkan IPM, seperti rendahnya partisipasi sekolah, akses perawatan kesehatan tidak memadai, dan rendahnya partisipasi kerja.
Dengan indeks pembangunan gender 0,9, perempuan Indonesia yang menempuh pendidikan hingga sekolah menengah sebesar 42,9 persen dibandingkan laki-laki 51,7 persen. Angka partisipasi kerja perempuan sebesar 50,9 persen, juga terpaut jauh dari laki-laki sebesar 83,9 persen.
"Kalau sudah setara, pembangunan gender akan menunjukkan indeks 1. Kesenjangan gender ini tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang. Indeks pembangunan gender di Tiongkok juga belum mencaoai 1," ungkap Ansye.
Agar pembangunan manusia menjangkau setiap penduduk, UNDP mengusulkan empat strategi di tingkat nasional dan daerah, yakni kebijakan umum untuk menjangkau kelompok tertinggal, langkah-langkah spesifik untuk kelompok dengan kebutuhan khusus, dalam hal ini perempuan. Selanjutnya, memastikan ketahanan dalam pembangunan manusia dan memberdayakan kelompok tertinggal.
"Sebenarnya banyak di antara strategi tersebut yang sudah terefleksikan dalam Nawacita melalui kebijakan publik yang diterapkan pemerintah, tetapi implementasi kebijakan-kebijakan tersebut dari tingkat pusat hingga daerah masih harus ditingkatkan lagi," katanya.
Posting Komentar